Saturday, 19 September 2015

Peperangan Paling Dahsyat

"Perang yang paling dahsyat itu adalah perang melawan diri sendiri." Inilah kata-kata realistik Dr Free Hearty- Penyair Indonesia. 
Perang Emosi
Perang melawan diri sendiri menjadi dahsyat kerana tanpa senjata baik moden atau tradisional, sebaliknya menggunakan senjata semulajadi dalam diri, iaitu EMOSI. Emosi berperang dan berlawan sesama sendiri. siapa yang akan menang? siapa yang kalah?? Semuanya ditanggung diri sendiri. Sakitnya...cukup-cukup sakit tatkala itu. Perang ini dahsyat hakikatnya. Bagi penyair, dia mampu memenangi perang ini dengan menulis, terapi jiwa untuk mengubati kesan perang. Namun ada juga penyair yang mengakhiri riwayatnya dengan tragis.. tapi manusia biasa...macam mana? Luahkannya atas kanvas tapi contenganku berupa cakaran, menulis..ideaku secetek sungai berkelodak, menangis...air mata sudah kering, mengadu...pintu aduan sudah ditutup...jadi buatlah pertimbangan....ambivalence sebagaimana Jabau membuat pertimbangan. Pertimbanglah dengan PEMIKIRAN + EMOSI walaupun ketidakadilan semakin nyata.






Perang Ideologi
.Selain emosi, ideologi turut berperang rupanya. Aapabila ideologi tidak sehaluan dan berubah haluan, maka peprangan akan terjadi malahan lebih tragisnya...kekejaman sementara terpaksa dihalalkan. Kisah Ocol dan Lawino dalam Nyanyian Ocol oleh Okot p'Bitek penyair Afrika, merupakanpeperangan ideologi apabila Ocol berubah dengan menghalakan odeologinya ke Barat sehingga sanggup membuat kekejaman dan kecaman hina kepada Lawina pujaannya suatu ketika dahulu.  Lihat! dalam sekelip mata manusia  bisa berubah dan menukar haluannya bagai kompas terarah. Menangkah Ocol yang gagah mendabik pemodenan?? Kalahkah Lawina yang mempertahankan tradisinya??? Kontradik membawa konflik. konflik boleh menuju kehancuran dan serangan virus. Virus untuk siapa?





indahnya warna  alam

warna alam bersatu di kaki senja


laut dan pantai

senja yang menghimpun warna alam

hanya mampu memandang dari kejauhan.....



No comments:

Post a Comment